Panderman dan Cerita Akhir Pekan

Halo sobat, sudah lama saya tidak posting artikel sejak Desember tahun lalu. Mungkin karena kesibukan dan rasa enggan yang berlebihan sehingga merasa tak karuan. Baiklah, dengan senang hati saya akan menceritakan pengalaman mendaki di sebuah Gunung yang mungkin kurang familiar di telinga kalian yakni Gunung Panderman. Bagi kalian yang belum tahu, Gunung Panderman ini letaknya di Kota Batu. Sering dijuluki “Gunung Lebay” karena memang ada pendapat gunung ini adalah bukit yang tingginya lumayan juga sih, yakni 2000 meter diatas permukaan laut. Di Gunung ini juga terdapat 2 pos saja setelah itu puncak, nama puncaknya dikenal dengan "Puncak Basundhara". Jika dihitung total waktu pendakian dari tempat registrasi ke puncak kurang lebih sekitar 3,5 jam jika lancar. Lumayan kan untuk pendaki pemula. Lanjut, Inilah cerita dan pelajaran yang dapat dipetik.


1. Izin Orang Tua dan Anggota Keluarga Lainnya
Ini adalah langkah pertama dan paling utama sobat. Restu orang tua adalah Ridho Allah SWT. Jadi bagi kalian yang mungkin takut untuk meminta izin karena resiko tidak diizinkan, mungkin sedikit tips nih dari saya. lakukan dengan curhat dan berbicara yang halus. Yakinkan orang tua dengan persiapan anda yang sangat matang dan kenalkan teman teman anda yang akan menjadi partner mendaki bahwa mereka dapat dipercaya. Yang terakhir ceritakan lokasi yang ingin anda tuju adalah lokasi aman.

2. Persiapan Fisik dan Mental Itu Wajib
Sudah menjadi tuntutan gaya hidup memang berlatih fisik maupun mental. Sebenarnya bukan untuk ketika mau mendaki saja. Kepentingan dan urusan keseharian juga perlu. Pengalaman saya yang bisa dibilang pendaki pemula, rasanya agak berat juga mendaki di ketinggian sekitar 2000 MDPL lebih. Latihan naik turun tangga sambil lari seperti masih kurang saja. Terlebih lagi mental, pasti ada saja keadaan yang mengahambat kita dalam proses mendaki hingga puncak, entah apa itu. Disinilah peran mental akan berkontribusi demi melancarkan pendakian anda hingga benar benar ke titik puncak kawan. Oleh karenanya jadikan olahraga dan pembentukan mental sebagai rutinitas ya, bukan hanya ketika mau mendaki saja.

3. Siapkan Alat yang Ringkas dan Multifungsi
Ini juga penting sobat selain jaket, bahan bahan wajib seperti matras, dan tenda anti air jika ingin bermalam. Alat alat multifungsi contohnya adalah pisau lipat, korek, kresek, solasi, tongkat, dan tali rafia. Tujuannya adalah untuk kepentingan kepentingan yang tidak terduga. Kresek selain bisa memungut sampah, menyimpan baju basah, juga bisa membungkus makanan, dll. Jadi terlihat sepele namun berdampak agak fatal jika tidak dipersiapkan sobat. Ringan dan berguna banget nantinya.

4. Bawa blanket dan alumunium foil
Jelas sobat, ini adalah tindakan preventif untuk segala hal dan resiko dari hipotermia. Alumunium foil berguna jika ada gejala gejala terserang atau sudah mengalami hipotermia. Blanket juga bisa digunakan untuk bergaya juga sobat, terlebih lagi jika coraknya Indonesia banget, jadi lebih keren dan asyik hehe.

5. Briefing Kelompok Sebelum Memulai Pendakian
Yap benar, kenapa saya sebut briefing kelompok penting. Ini adalah langkah dan komitmen masing masing individu untuk menyatukan kembali tekad, berdoa, dan menciptakan dan meningkatkan rasa percaya diri dan optimis untuk bisa mendaki sampai titik puncak. Sebelumnya perlu dihimbau bahwa masing masing harus terbuka akan keadaan fisiknya nanti. Jangan malu untuk mengatakan capek, lemas, dan pegal. Ini semua adalah tanggungan tim, dan pastinya juga harus ada persiapan dari setiap individu agar tercipta simbiosis mutualisme antar sesamanya. Intinya “Munggah bareng, Mudun Bareng”.

6. Beri Semangat Kepada Sesama Ketika Pendakian
Di sore hari yang cerah itu. Adalah hari berharga untuk saya yang pertama kalinya mendaki. Ditemani rekan SMA yang menambahkan kesan reuni. 7 pendaki, 3 laki-laki termasuk saya, dan 4 lainnya perempuan. Mungkin memang kurang terbiasa olahraga, teman saya perempuan mengalami masalah yang membuatnya kesusahan mendaki. It’s okey, karena memang setiap individu berbeda. Ini adalah pelajaran berharga untuk momen kebersamaan. Ini adalah momen yang baik untuk memberi dan menularkan semangat. Meskipun hanya bisa terucap dan meringankan beban di pundaknya, mereka akan tetap kuat hingga titik puncak. Dan mereka sendiri bisa hingga titik tersebut.

7. Tidak Ada Cinderamata di Hutan, Jadi Sempatkan Foto.
Yap benar di Hutan tidak ada cindermata. Jangan mengambil apa pun di saat pendakian ya, itu dilarang sobat. Jangan anggap apapun disana layaknya cinderamata yang bisa dicabut ataupun dibeli seenaknya. Oleh karena itu satu-satunya kenangan tersebut via berfoto dengan alamnya sobat. Ambil foto se-kece mungkin ya. Hal yang wajib diingat : tetap hati-hati dalam berpose dan jangan sampai membahayakan diri ketika mengambil foto.

Jadi begitulah yang saya rasakan dan maknai dari sebuah cerita pendakian di Gunung Panderman di akhir pekan. Tetap jaga kesehatan dan sampai jumpa di psotingan saya selanjutnya.
Gimana sobat ada tambahan, silahkan berikan ide mu di kolom komentar.

Comments

Berkomentarlah dengan bijak. Perlu diingat supaya berkomentar sesuai topik pada artikel serta tidak melecehkan siapapun.